Posted in My Life

Surat Kecil untuk Adik

  • Assalamu’alaykum, halo Adik-adik.. 🙂

Bagaimana kabar kalian, kedua orang tua, teman-teman, dan lingkungan kalian? Apa yang sedang kalian kerjakan? Dan sudahkah kalian sudah membantu orang tua sebelum membaca surat ini??

Kakak harap, semoga hal-hal bermanfaatlah yang kalian kerjakan. Sebab, sebaik-baik manusia adalah orang yang bisa memberikan manfaat kepada dirinya, keluarga, kerabat, dan teman sejawat.
Nama saya Nuzula Fitriah, kalian bisa panggil saya Kak Zula saja. Kakak sekarang sedang kuliah semester 6 di Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Universitas Negeri Jakarta. Mohon maaf ya Dek, Kakak belum bisa bercengkrama dengan adik-adik secara langsung karena perbedaan ruang dan waktu. Tapi, tidak mengapa kalau kalian hendak menghubungi Kakak, silahkan tanyakan alamat Kakak ke pengirim surat ini, tidak usah pake malu dan segan yah. Kakak amat senang menerima dan membalas surat dari kalian 
Dek, ada satu hal yang ingin Kakak sampaikan, sebagaimanapun pahit dan getirnya hidup yang tengah kita jalani, tetaplah di dalamnya ada kurnia bagi manusia. Apakah itu?
Bahasa. Ya, bahasa.
Tahukah engkau, Dek? Tanpa bahasa, manusia akan seperti hewan, hanya dapat berkomunikasi dengan apa yang terjadi di hadapannya saja, tidak bisa menceritakan kejadian yang sudah berlalu atau yang akan datang. Bayangkan jika seekor rusa dapat menceritakan ke anaknya bagaimana cara harimau kemarin mengintainya, pastilah anak rusa tidak akan ada lagi yang bermain jauh dari sarangnya, dan harimau akan kelaparan mencari rusa yang ‘kapok’ bermain dekat liang harimau. Atau seekor kakek penyu menceritakan pada cucunya bagaimana cara menyembunyikan telur yang paling aman di dalam pasir pantai, pastilah tidak akan ada kisah penyu yang makin langka hari ini, sebab penyu akan mencari inovasi bagaimana agar manusia tidak menemukan telurnya.
Namun, mampukah induk rusa dan kakek penyu melakukan hal tersebut? Tidak. Dan mampukah ibu dan kakek kita melakukan hal di atas? Tentu sangat mampu, dan ini memang tradisi manusia untuk menceritakan kisah hikmah dengan bahasa sukunya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bersyukurlah kita karena bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu kita, karena tanpa bahasa pemersatu, bangsa tersebut terpecah belah, masing-masing ingin unggul dengan bahasanya. Namun, kita juga mesti menjaga bahasa asli suku kita berasal. Sebab Indonesia terdiri dari puluhan ribu pulau dengan ratusan ragam bahasanya, dan menjaga ratusan bahasa adalah pekerjaan sulit jika tidak ada yang bertanggung jawab atas kelestarian bahasa sukunya. Sudah ada bahasa lokal yang punah Dek, seperti bahasa Tandia di Papua, dan banyak di antaranya yang terancam punah sebab minimnya penutur asli di sana. Di antaranya bahasa Lengilu di Kalimantan, bahasa Baras di Sulawesi Barat, dan bahasa Hoti di Maluku, waduuh..
Sekarang, apa bahasa suku yang kalian gunakan? Dan Kakak yakin kalian pasti ingin menjaga bahasa lokal warisan nenek moyang kalian… 
Adik-adik yang baik hati, beberapa cara menjaga bahasa adalah menggunakannya dalam keseharian, mengajarkannya kepada adik dan kawan kalian, dan mendokumentasikannya dalam tulisan di buku, kerajinan tangan, dan lingkungan kalian. Bahasa akan hidup seiring dengan digunakannya oleh penutur asli di sana.
Maukah kalian menceritakan ke Kakak bahasa yang nenek moyang kalian gunakan di sana? Pasti akan sangat menarik jika bisa dibukukan kelak, dan semoga tidak akan ada lagi bahasa yang punah di Indonesia. Aamiin..
Demikian Dek, surat Kakak kali ini. Semoga menginspirasi kalian untuk menjaga bahasa yang kalian miliki. Sampai jumpa di surat-surat berikutnya 
Wassalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakaatuh..

    1. 21 Februari 2015,

 

    1. Salam kenal,

 

    1. Sahabat baru kalian
    1. Nuzula Fitriah

</o

Author:

Long Life Education's Student

Leave a comment