Posted in KAJIAN-BELAJAR

kajian magnet rezeki

Alhamdulillah hari ini Allah berikan saya kesempatan mengikuti kajian ustadz Nasrullah, penemu ilmu #MagnetRezeki. Senin yang lalu, saya baru mulai membaca buku Rahasia Magnet Rezeki dan Ahadnya saya dpt bertemu serta mendapat tanda tangan pengarangnya. Whoaaaa 😍

Saya semakin percaya ungkapan cina berikut, jika murid sudah siap maka guru akan hadir. Hehe.. 😄

Baik, tanpa berpanjang kalam,  buku ini bercerita tentang proses penemuan ilmu magnet rezeki, kisah-kisah getir yang Pak Nas (nama akrab beliau) alami nan ajaib menginspirasi. Semua kejadian yang beliau alami direspon positif, dengan ungkapan yang agak anti mainstream. 

  • Kalo hp dijambret orang, katakan “wow, kereeen..” pada detik pertama hp melayang 
  • Jika Anda baru sadar kehilangan uang 3 juta rupiah milik organisasi, langsung saja katakan “luarr biasa..”  

Selalulah merespon positif setiap kejadian pada tumbukan pertama. Kalo bahasa hadits ashar shabru ‘inda shadamatil uulaa. Detik itu sadar, langsung respon positif. 

Kenapa? 

Karena menggerutu, berkata kasar, hanya akan menjadi perisai dosa penghalang rezeki hadir. So,  kalau mau jadi magnet rezeki, segeralah bertaubat dari dosa. 

Rahasia magnet rezeki yang #2 adalah Law of Projection. Nasib kita diproyeksikan oleh pikiran kita, sama seperti layar diproyeksikan dari laptop. Keduanya mirip, tak ada beda meski sesenti. 

So, hati-hati pada pikiranmu

Kemudian yang kedua #3 adalah disiplin kata. Cari kata yang adem, dan memancarkan energi diri. Misal:

  1. Sulit diubah jadi tidak mudah
  2. Lupa jadi kurang ingat
  3. Benci jadi tidak senang
  4. Sakit jadi kurang enak badan 

Dan yang ke #4 hampir mirip dengan solusi ke #3, yaitu paradoks of candy. Setiap orang, sangat mau memakan permen yang ada di dalam bungkusnya. Andai permen itu rezeki dan bungkusnya adalah musibah, maka bersabarlah ketika diuji. 

Terima kasih atas kunjungan di Blog saya.

Posted in KAJIAN-BELAJAR

Workshop dari Dumanis

Alhamdulillah hari ini aku berkesempatan mengikuti workshop dari Dumanis di sekolah. Tema yang diangkat tidak jauh dari 7 habits yang perlu dimiliki seorang pendidik. 

Ada beberapa AHA! Moment yang aku dapatkan. Beberapa diantaranya:

  1. Perubahan tuntutan kemampuan manusia di masa depan. Bertransformasi dari dependent > independent > interdependent. 
  2. Proses dependent ke independent sebut saja jalur D alias private zone. Maksudnya diri sendirilah yang mampu mengubahnya. Ada 3 cara melaluinya: (a)  Be Proactive, kamu ga cuma sadar kelemahan dan kelebihan diri, tapi juga menguasai kontrol diri, pengambil keputusan, dan bertanggung jawab atas pilihan. (b) Begin from the End. Pilih Hasil akhir yang kamu inginkan. Lalu buatlah tahapan yang mudah untuk dilalui, dalam jangka pendek dan jangka panjang. (c) memilih skala prioritas. First thing first do, kalo ga salah inget 😁
  3. Adapun perubahan independent menjadi interdependent, disebut jalur P alias Public Zone. Kita nggak bisa mengubahnya sendirian, tapi mesti bersama-sama. Diantara tahapannya: (a) win win solution, hargai pendapat orang lain. Buatlah keputusan yang membuat sama-sama senang 😊 (b) dengarkan kemauan orang lain. Dan yang terakhir, luput dari catetanku euy 😅
  4. Merencanakan itu penting, namun mengukur progresivitas itu nggak kalah penting. Kita bisa membuat diagram sederhana menggunakan stabilo untuk mengukur di hari ini sudah berapa waktu yang dihabiskan untuk berlatih. 
  5. Di sekolah, ada 3 poin yang mesti menjadi perhatian utama  (concern) : akademik, kepemimpinan (leadership)  dan budaya (culture). Misal budaya di ICM ini setiap orang yang berpapasan itu mengucap salam. Nah tinggal kepemimpinan dan akademik yang ingin diraih apa. 
  6. Tiga target ini juga bisa diterapkan untuk pribadi. Aku ingin mencapai target kepemimpinan: leader PayTren🎯, akademik: bisa S2 berbeasiswa🏤, dan budaya: satu jam bersama Quran📖. Bismillah.. ❤

Oya, ada poin penting juga nih.. 

Pemateri sempat memberikan video yang dibuat pendidik di India, menceritakan tentang kemiripan pelajar dan pekerja pabrik/buruh. Apa saja itu? 

  • Industrial age values, apa bedanya seorang atasan mengawasi pekerja dengan guru yang mengawasi pembelajaran di kelas. Keduanya sama-sama memberikan instruksi, memberi perintah dan larangan. 
  • Lack of autonomy, murid nggak punya wewenang atas dirinya. Mereka harus nurut dengan kata-kata orang dewasa. 
  • Inauthentic learning, melanggar fitrah manusia lah pokoknya. #FBE
  • No room for passion. Tapi kalo sekelas ICM mah, sebagian udah ada. 
  • How we learn, pendidik seringkali tidak bertoleransi pada gaya belajar anak. Padahal semua orang berpotensi memiliki gaya belajar yang berbeda, ada yang visual, audio, audio visual, dan kinestetik. 
  • Lecturing, metode ceramah dalam pembelajaran. 

    KKamis, 16 November 2017/27 Shafar 1439

    Posted in NUZULALISTIK

    studi wisata budaya 

    Berkaitan dengan acara Performance Day pada 9 Desember, hari ini Senin 13 November 2017, siswa diajak bersentuhan langsung dengan budaya Indonesia melalui studi wisata budaya (pattern fieldtrip). Fieldtrip kali ini dibagi menjadi dua tujuan; siswa grade 2, grade 3, dan grade 4 akan mengunjungi budaya Sunda di kampung wisata Cinangneng, Bogor. Sementara siswa grade 1 akan mengenal budaya betawi ke Setu Babakan, Jakarta. 

    Di kampung wisata Cinangneng, siswa dibagi menjadi 15 kelompok dengan 8 rute yang berbeda. Sebagai pendamping kelompok 10, saya mendapat rute: belajar memainkan gamelan, membuat masakan tradisional, membuat minuman tradisional, foto menggunakan pakaian desa, membuat wayang dari batang daun singkong, touring kampung untuk mengunjungi home industri rumah tangga, dan diakhiri dengan menanam padi serta memandikan kerbau. Seru! 

    Pada awalnya, siswa kelompok saya tidak begitu tertarik dengan alat musik khas sunda, gamelan. Namun setelah mendengar bunyi yang dihasilkan gamelan, mereka tertarik dan berebut tempat duduk dibelakang gamelan. Dengan sabar, akang pendamping dan bapak penjaga pos gamelan mengajari anak-anak nada dasar gamelan. Anak-anak cukup mengetuk gamelan dengan angka 5-1-5-5-1-5-2-1-2 berulang-ulang, suara yang dihasilkannya merdu sekali. Terdengar kompak dan padu. Sampai ada salah satu anak yang akan minta dibelikan gamelan ke orang tuanya 😅

    Trip berikutnya, kami diajak ke Saung Mengkudu untuk belajar cara memasak kue bugis dan wedang jahe. Anak-anak cukup menyukai rasa kue bugis yang manis, namun tidak terlalu suka permen wedang jahe maupun air seduhannya. Mungkin karena belum terlalu akrab dengan rasa hangat dari jahenya. 

    Setelah itu, kami berfoto ceria dengan pakaian desa. Serasa kembali ke tempo dulu ketika melihat anak-anak mengenakan baju desa. 😊 

    Puas berfoto, kami pergi ke pos pembuatan wayang dari daun singkong. Awalnya mudah bisa diikuti karena keterbatasan waktu mengejar ishoma, akhirnya wayang-wayang itu dibuatkan oleh akang pendamping. 😁

    Ketika waktunya sholat dan makan siang, hujan turun dengan cukup deras. Seusai perut diisi dengan makanan ala sunda, kami melanjutkan agenda yang paling ditunggu-tunggu, memandikan kerbau. 

    Kami mengikuti akang pendamping berjalan melewati jembatan, berkunjung ke kampung sebelah sambil menengok hasil kerajinan tangan mereka. Lalu perjalanan diakhiri dengan nyebur ke sawah untuk menanam padi secara mundur. Seru banget! 

    Awalnya mereka jijik dan menolak turun. Satu persatu akhirnya turun setelah dibujuk (oleh akang pendamping) dan didorong (olehku). Gemess soalnya, takut keburu waktu habis 😆

    Ternyata asyik juga ya, bermain lumpur dan menanam padi. Selesai menanam padi, kami pindah ke kolam berisi kerbau. Saya pikir kerbaunya kedinginan karena sejak pagi berendam dan dimandikan 15 kelompok siswa, jadi kerbau yang kami temui tidak beranjak sama sekali dari tempat berendamnya 😂

    Alhamdulillah selesai sudah studi wisata kami ke Cinangneng. Semua siswa kembali ke sekolah pukul 15.45 dengan perasaan bahagia. 😊

    Posted in Diary Guru

    ketika guru bercerita

    dokumen pribadi

    Pagi ini, tema circle timeku mendadak seru. Biasanya circle time hanya diisi dengan membaca doa zikir pagi dan murojaah (mengulang hafalan) surat An-Naba. Tapi hari ini berbeda.

    Awalnya, Nadine laporan giginya tanggal dua di depan dan diikuti Miko dan lain-lain. terus aku minta anak-anak semua nyengir. menampakkan gigi mereka. Tiba-tiba aku teringat suatu film (aku gak tau judulnya apa) yang bercerita tentang peri gigi. Aku pun terpikir untuk membahas takhayul menyimpan gigi di bawah bantal untuk mengundang peri gigi datang.

    Kukatakan pada mereka, gigi yang tanggal itu artinya sudah tidak terpakai lagi di tubuh kita. Artinya, itu adalah sampah dan harus dibuang di tempat sampah. Tempatnya bukan di bawah bantal apalagi di atas genteng. Dan kulihat anak-anak manggut-manggut tanda setuju. Ada yang masih bingung peri gigi itu makhluk apa. Apakah makhluk nyata atau gaib?

    Aku pun mengeluarkan ayat “wa maa kalaqtul jinna wal insa I’ll aa liya’buduun” bahwa Allah hanya menciptakan manusia dan jin saja untuk beribadah. Kalau peri gigi itu bukan manusia, maka dia adalah golongan jin. Karena ga mungkin juga peri gigi itu malaikat, ya ngga?

    Dan pembahasan pun melebar ke dunia alam ghaib. 😂

    Ah anak-anak Utsman, kepolosan kalian membuatku jatuh cinta. 
    Catatan Guru tanggal 3 November 2017 

    Posted in Diary Guru

    guru bahagia

    Alhamdulikkah.. hari ini mood mengajarku kembali hadir. Terima kasih, Allah ❤

    Pagi ini dimulai dengan circle time di grade 1 dengan kompetisi murajaah surat An-Naba. aku bagi mereka menjadi dua kelompok, satu kelompok berhasil menjuarai kategori Kompak dan Suara Keras (Kelompok A) sementara satu kelompok lagi masuk kategori Tertib (Kelompok B). gak lama, ada anak menannyakan perolehan nilai. Di sini aku mencoba improviasasi nilai. Aku  ingin mereka berpikir bahwa nilai itu bisa apa saja. Dengan asal aku umumkan, kelompok A mendapatkan buah Srikaya dan kelompok B mendapat nangka. Hahahha, bolehkan aku bilang seperti itu?

    Bertemu mereka di setiap pagi, menuntutku mencari metode murajaah yang tidak membosankan. Dan Alhamdulillah, anak-anaknya juga sangat senang dengan perubahan.

    Sebagai pendidik, aku yakin orang baik muncul dari kebiasaan yang baik. Pola kebaikan itulah yang harus selalu melekat pada peserta didik.

     

     

    Salam Pendidikan,

    Nuzula Fitriah