Posted in Diary Istri

Jumat yang berbeda

Kau tau, terkadang perempuan tak butuh alasan untuk menangis. Cukup sedikit kesal, sedikit perasaan merasa bersalah, secuil kenangan berkelebat itu lebih dari cukup membuat air matanya tumpah. Dan kau sangat memahami itu, terima kasih, mas. Terima kasih atas pundakmu yang lapang menampung air mata. Tanganmu yang hangat menguatkan pundakku.

Di hari ketiga belas kita hidup bersama, sudah kali ketiga (atau lebih) air mataku tumpah. Lebih banyak alasannya didominasi emosi dan memori inget rumah. Dan kamu selalu sabar mendampingi tangisanku. Di sela-sela azan ashar hingga sebelum iqomat, sore hari usai acara ngunduh mantu hingga azan maghrib menjelang, atau malam hari ketika sedang berbincang. Thankfully for everything, mas. 

Kamu nguatin aku dengan kalimat “orang-orang pengen tau siapa istri hebat yang mendampingi aku”. Maka berdirilah aku dengan segenap kekuranganku. Menatap malu wajah-wajah ingin tau. 

Atau mungkin, menatap sepenuh keyakinan aku di sini untuk berbagi manfaat, lebih dari sekedar mendampingimu. 

Wich one that do you like to do? 😊

Laa haula wa laa quwwata illa billah 💙


Calon mahasiswa magister Manajemen Pendidikan UPI 2020