Setiap tugas pasti memiliki tanggung jawab. Tugas mahasiswa belajar, menemukan teori, menganalisis, dan menghasilkan karya tulis (skripsi). Tugas pendidik, belajar, mengamati, menjadi role model, mendidik dan mengajak siswa eksplorasi ilmu pengetahuan.
Pertanyaannya sekarang, sudahkah aku menjadi pendidik yang dirindukan siswa? Sudahkah aku menjadi kakak dan tante yang baik untuk adik dan kedua keponakanku?
Rasa-rasanya masih belum..
Maka, hari ini aku berada di Auditorium Pusat Studi Jepang UI, menimba ilmu Fitrah Based Education dari penemunya langsung, Harry Santosa.
Ada banyak sekali catatanku di workshop sehari ini. Diantara yang paling berkesan adalah Fitrah itu inside out, tumbuh dari dalam diri. Maka, bicara fitrah artinya bicara pertumbuhan, pengamatan dan pengembangan.
Dan salah satu metode mengamati fitrah yang bertumbuh adalah dengan dokumentasi kegiatan. Bentuk dokumentasi yang terbaik adalah dalam bentuk jurnal kegiatan. Di sana mencakup berbagai fitrah yang bisa dilatih.
Beberapa komponen Jurnal Kegiatan yang baik :
- Profil anak sebelum kegiatan
- Tema dan tujuan kegiatan
- Waktu dan lokasi kegiatan
- Rencana kegiatan berbasis fitrah
- Observasi aspek fitrah setelah kegiatan
- Tanda-tanda fisik yang menggambarkan antusiasme anak
- Komentar anak & fasilitator
- Evidence karya proses
- Kegiatan berikutnya berdasarkan observasi aspek fitrah
Hasil akhir jurnal kegiatannya seperti ini:
Dengan membuat jurnal kegiatan, pendidik memiliki dokumentasi tumbuh kembang (progress) anak. Karena fitrah itu tumbuh, proses dan progres, maka pendidik bisa mengetahui cahaya apa yang dimiliki anak untuk didukung. Dan kegelapan apa yang harus diperbaiki.
Sumber:
Buku Fitrah Based Education hal. 396,karya Harry Santosa
Materi Bunda Sayang, Institut Ibu Profesional
Catatan pribadi One Day Workshop Fitrah Based Education di UI, 3 Desember 2017
Jangan ratakan gunung tapi bangunlah lembah.
Institut Ibu Profesional